REFLEKSI KAPRODI PBI
PERIODE 2010-2014
Khudzil hikmah wa la yadhurruka min ayyi wia-in kharajat
(Sayyidina Ali bin Abi Thalib, k.w.)
Ambillah hikmah, jaringlah makna, dulanglah pelajaran, tanpa merisaukan dari mana tradisi itu datang! (terjemahan bebas oleh D.Irwansyah)
Verba valent scripta manent! Umumnya sebuah tulisan lebih tahan lama dan jernih merekam peristiwa dibandingkan tuturan lisan yang kerap terbentur kapasitas ingatan. Refleksi yang biasanya dilakukan untuk mengakhiri kegiatan belajar, penelitian, sesi, kini menjadi ending sebuah tugas tambahan. Sengaja ditulis. Semoga bisa mengendapkan nilai-nilai baik yang pernah ada. Sengaja di-share. Semoga menjadi inspirasi bagi policy makers, pemerhati, penerus, dan bagi siapa saja yang memimpikan masa depan lebih baik bagi Prodi PBI STAIN Jurai Siwo Metro.
Perkenankan kami untuk, dalam banyak bagian, menggunakan gaya bertutur. Mohon maaf karena dalam beberapa bagian lainnya terdapat hal-hal teknis yang menggunakan istilah, idiom, frasa, dan ekspresi yang menyesuaikan.
Where to begin?
Jika Anda sempat mencermati tugas seorang Kaprodi PBI, Anda akan melihat serangkaian pekerjaan yang sangat menantang. Anda harus bertanggungjawab dalam segala hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran di Prodi; bertanggung jawab terhadap penyusunan kurikulum, silabus, SAP, distribusi mata kuliah, kegiatan administratif, izin prodi, borang, merencanakan sekaligus mengeksekusi program kerja, dan bilamana ada permasalahan terkait dosen atau mahasiswa, Anda biasanya perlu membuat statement. Terkait dengan itu semua, lebih lanjut Anda bisa membaca Statuta dan Buku Pedoman Terkait (Akademik, SOP, Renstra, Renop, etc.).
Daftar tugas di atas boleh jadi abstrak dan global yang jika diurai memiliki turunan yang lumayan panjang. Mari kita ambil satu contoh dari pekerjaan di atas: menyusun Borang. Secara global Anda harus mendeskripsikan (harus berbasis data dan dokumen yang dapat dibuktikan secara fisik) empat komponen: (1) Input, (2) Process, (3) Output, dan (4) Tindak Lanjut. Kami tidak mampu menjelaskan satu-persatu. Namun pesan dasar yang ingin kami ketengahkan adalah bahwa Anda sebaiknya membaca manual penyusunan borang dari BAN PT dan mendapat impresi bahwa menyusun Borang tidak selalu mudah dan perlu melibatkan banyak pihak. Pelibatan yang tidak hanya secara fisik namun lebih kepada sebuah kesadaran kolektif agar semakin banyak orang yang Borang-oriented. Borang yang ibarat ‘harga mati’ bagi sebuah Prodi, sungguh sebuah prioritas yang sangat layak diperjuangkan. Ke depan, akan semakin banyak lowongan kerja atau aplikasi yang mensyaratkan akreditasi prodi minimal B.
Sekelumit pemaparan tentang tugas Kaprodi di atas lebih merupakan ‘panggung’ (stage) yang menampilkan sebuah Prodi, dan perkenankan kami mengajak Anda melihat apa yang terjadi di belakang panggung. Dan tanpa bermaksud menggurui, jika terdapat ekspresi dengan intonasi ‘curhat’ apalagi ‘saran’, itu semata-mata dilandasi oleh keinginan untuk melihat Prodi PBI yang lebih unggul di masa datang.
Well begun is half done?
Mengawali tugas tambahan dengan beberapa beban mungkin tidak baik. Terutama jika izin studi lanjut Anda dianulir karena tugas tambahan tersebut, dan jika tugas pertama yang menanti Anda adalah menyusun ulang borang prodi yang sebelumnya pernah ditolak. Jika itu terjadi, sebaiknya jangan mengunci diri di kantor. Ada banyak orang di unit-unit lain yang dengan senang hati mau berbagi pengetahuan dan pengalaman. Saya beruntung. Dua orang dosen yang lebih muda dari saya, memiliki pengetahuan dan pengalaman yang jauh lebih kaya. Dosen pertama menuntun dan mendampingi malam-malam panjang pengerjaan borang di kampus. Dosen kedua selalu mendorong saya untuk menulis dan melakukan riset. Saya dipaksa untuk ‘melampaui’ sebuah mitos: bahwa jika Anda memangku tugas tambahan, Anda tidak akan punya banyak waktu buat karya ilmiah.
Rupanya, persahabatan yang baik dan tulus dapat membantu menyelesaikan tugas yang awalnya terlihat berat dan mengurai sebuah fallacy; ide yang tidak sepenuhnya benar namun diyakini kebenarannya oleh banyak orang.
Kurikulum dan KBM: Entry Point yang layak
Akhirnya kami menerima visitasi Borang. Menggunakan tolak ukur kami saat itu, kami senang karena telah berproses. Kami bahagia karena banyak pihak (pimpinan, dosen, karyawan, dan mahasiswa) turut membantu. Jika kami mencapat “C gemuk”, kami paham bahwa ada beberapa komponen di Prodi yang harus segera diperkuat untuk mendapatkan akreditasi yang lebih baik.
Dalam penglihatan kami, kurikulum dan kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan pintu masuk yang berimplikasi luas bagi perbaikan akreditasi. Komposisi kurikulum, tren terkini di bidang Pendidikan Bahasa Inggris, SDM, adalah di antara variabel-variabel yang menjadi points of interest. Peningkatan komposisi mata kuliah berbasis bahasa Inggris, kajian serius terhadap Islamization of knowledge, integrasi dan interkoneksi sastra ke dalam pengajaran bahasa Inggris, dan rasio dosen-mahasiswa merupakan turunan berikutnya. Integrasi dan interkoneksi antara wahyu dan pendidikan bahasa Inggris adalah mimpi yang sesungguhnya sangat realistis. Kita memiliki ahli di bidang pendidikan agama Islam dan ahli bahasa serta pengajarannya yang, sayangnya, belum sempat duduk bersama untuk berdiskusi tentang konsep integrasi, interkoneksi, dan Islamisasi Pengetahuan.
Selanjutnya, melalui kebijakan-kebijakan semacam forum ilmiah dosen, studi lanjut, penerbitan jurnal tematis, studi banding (dalam dan luar negeri), dan, bilamana tidak terlalu naif, ‘pelibatan langsung’ Kaprodi dalam proses penerimaan mahasiswa, dosen kontrak, dan dosen luar biasa, isu-isu terkait dengan kurikulum dan KBM berikut turunannya kiranya dapat terurai.
Mahasiswa: Pencapaian Mereka adalah sebagai Tolak Ukur
Jika perpustakaan kampus, toilet kampus, dan karya ilmiah dosen adalah indikator dalam tips memilih kampus, maka pencapaian mahasiswa adalah indikator sahih dalam menilai sebuah Prodi. Juga, pencapaian mahasiswa dan mahasiswa yang telah lulus (alumni) adalah salah satu item dalam borang.
Dalam konteks pola hubungan dosen-mahasiswa, pendekatan Bidan-Pasien-- yang jika tidak salah diintrodusir oleh Aristoteles-- terbukti menjanjikan di Prodi PBI. Filosofinya adalah bahwa seorang bidan harus membantu proses kelahiran. Ia tidak melahirkan, tapi keberadaannya sangat dibutuhkan. Jika pasien tidak datang, bidan hendaknya tidak keberatan mendatangi pasiennya.
Berikut adalah sejumput pencapaian mahasiswa PBI dalam kurun 2010-2014 yang menerapkan pendekatan Aristoteles di atas. Tahun 2011, seorang mahasiswa PBI mengikuti pertukaran pelajar ke Amerika. Sebelumnya, dengan bantuan seorang kolega, dilakukan persiapan untuk merespon tawaran pertukaran pelajar. Mahasiswa yang berminat dikumpulkan dan diberikan pendalaman materi selama beberapa minggu secara intensif. Intensifikasi yang dilaksanakan malam hari di kampus, berjalan lancar. Visitasi Penguji kemampuan dari Jakarta dan segala hal-hal teknis, diberesin oleh kolega saya yang hebat itu. Beliau menjadi salah satu orang di luar PBI yang paling girang mendengar keberangkatan mahasiswa PBI ke Amerika.
Pencapaian pertukaran pelajar tersebut menyisakan euphoria dan optimism tersendiri. Kami percaya bahwa akselerasi dapat dilakukan melalui pelajaran tambahan di luar perkulihan. Ide tersebut di-follow up oleh beberapa mahasiswa senior yang mendirikan English Center Tahun 2012 dan 2013. Sebelumnya, lagi-lagi dengan support seorang kolega lainnya, dilakukan diskusi dan pendampingan bagi para pendiri English Center tersebut. Berikutnya, masih pada tahun 2013, beberapa mahasiswa PBI memenangkan lomba riset kompetitif, dan pada tahun 2014 dua mahasiwi memenangkan lomba penulisan esai dan dimuat di koran harian lokal. Semua pencapaian tersebut mengikuti sebuah pola yang sama: mencari atau mengumpulkan mahasiswa yang berminat lalu melakukan pendampingan informal. Jadi jika Anda punya banyak waktu, Anda bisa melakukan pendekatan Bidan-Pasien dari Aristoteles itu.
Jika menggunakan rasio matematis, pencapaian di atas masih terlalu sedikit untuk sebuah periode berdurasi empat tahun. Namun paling tidak, empat tahun tersebut telah membantu menemukan sebuah pola yang sesungguhnya sangat sederhana adanya.
Kritik: Bagian dari Komunikasi Dosen dan Mahasiswa
“There’s only one way to avoid criticism: say nothing, be nothing, or do nothing”. Dunia penuh dengan kritik, terutama jika Anda berada pada posisi untuk mengatakan sesuatu, menjadi sesuatu, dan melakukan sesuatu. Percayalah, dalam posisi ini, bahkan bila Anda tidak mengatakan, tidak menjadi, dan tidak melakukan sesuatu, Anda tetap saja akan menuai kritikan. Jadi, sebaiknya anggap kritikan sebagai bagian integral dari tugas tambahan ini.
Kritik bisa datang dari mana saja: atasan, teman kantor, kolega, mahasiswa, wali mahasiswa, dan masyarakat (umum; di lokasi KKN; di lokasi PPL). Kritik bisa mencakup isu apa saja: seperti cara berpakaian, kurikulum, distribusi mata kuliah, metode mengajar dosen, program kerja prodi, kemampuan mahasiswa, plagiasi, peng-SK-an, dan lain sebagainya. Terhadap kritikan konstruktif, Anda harus berterima kasih. Terhadap kritikan destruktif, Anda perlu berbesar hati karena bukankah selalu ada kemungkinan dikritik bahkan ketika Anda tidak melakukan dan mengatakan sesuatu?
Andai saja kita bisa menghindari kritik, kita tidak memerlukan Raker, Rapim, Rapat Periodikal, Arisan Dosen, Open House, PBI Cup (futsal), email mutu, dan saluran komunikasi lainnya. Raker dan Rapim, kita sebut saja komunikasi vertikal dan sisanya adalah komunikasi horizontal. Komunikasi vertikal cenderung bersifat given atau top-down; Kaprodi mengikuti saja seraya menyiapkan materi-materi yang relevan dengan agenda rapat. Komunikasi horizontal, sebaliknya, lebih bersifat local genius, atau merupakan respon intuitif terhadap dinamika Prodi.
Evaluasi: Rapat Periodikal dosen PBI pernah berjalan baik namun mandeg karena kesibukan akademik yang dapat dipahami. Sebagai gantinya, Arisan Dosen dirasakan lebih akrab, informal, namun tetap dapat menjadi wadah untuk bertukar pikiran dan cerita-cerita yang manusiawi. Open House telah dilaksanakan pada tahun 2011, 2012, dan 2013. Biasanya digelar seusai lebaran. Sedangkan PBI Cup adalah wadah yang mempertemukan mahasiswa PBI lintas semester dan angkatan untuk tumpah ruah di lapangan Futsal. Dan, email mutu adalah email khusus yang disediakan untuk menampung “curhatan” mahasiswa PBI. Nyatanya, mahasiswa masih lebih senang berbicara langsung daripada menyampaikan idenya secara tertulis. Ke depan, budaya ‘menulis’ lebih diutamakan daripada berbicara langsung.
Refleksi: Kegiatan-kegiatan di atas sudah berjalan, atau paling tidak sudah memiliki fondasi yang dapat diteruskan. Salah satu agenda dalam kegiatan-kegiatan di atas adalah untuk mendapatkan kritik (boleh diistilahkan lain sebagai umpan balik atau feedback). Jika ditunjang dengan dokumentasi yang baik, dapat menjadi ‘bahan’ yang baik untuk penyusunan borang yang baik.
Lain-Lain: Pedagogy, Cultural Dialogue dan Field Trip
Tahun 2013, akhirnya Prodi PBI mampu mengikuti jejak baik prodi PBA dalam hal kepemilikan jurnal. Pedagogy, namanya. Jurnal ini masih begitu belia dan membutuhkan ‘banyak tangan’ agar dapat berjalan.
Beberapa program lainnya yang menarik dicatat adalah Cultural Dialogue dan Field Trip. Cultural Dialogue adalah kegiatan dimana kami mengundang orang asing foreigners untuk berdialog dalam bahasa Inggris dengan mahasiswa PBI. Kegiatan, yang dilakukan lebih dari 5 kali dalam kurun 2012-2014, ini dilaksanakan di luar perkuliahan. Kegiatan ini bersifat spontan dan bersandar pada hubungan pertemanan dengan foreigners yang mampir ke Indonesia. Kemudian, pada awal tahun 2014, untuk pertama kali mahasiswa senior PBI melakukan perjalanan wisata ke Bandung, Pare Kediri, Bali, dan Yogyakarta. Field Trip semacam ini ‘bagus’ dan tampak akan lebih baik jika menjadi bagian dari kurikulum.
Closing
Tahun 2013, Tim PBI telah menghasilkan draft perubahan kurikulum yang sampai saat ini ditulis belum diberlakukan. Perubahan kurikulum kami yakini dapat membawa implikasi positif terhadap penguatan Prodi PBI secara global. Untuk mendorong perubahan tersebut, telah dilaksanakan penelitian tentang dimensi epistemologis Prodi PBI. Tentu, terdapat banyak kekhawatiran tentang beberapa pengurangan mata kuliah berbasis agama Islam. Namun untuk itu, Islamization of knowledge kiranya dapat menjadi jembatan penghubung untuk mempertemukan dikotomi antara Ilmu Agama dan Ilmu Umum.
Tak ada batas bagi sebuah kreativitas. Namun apa pun kreativitas tersebut, hendaknya memiliki sumbangsih terhadap penyusunan Borang Prodi PBI agar mendapatkan akreditasi yang lebih baik. Akhirnya, beberapa permasalahan internal yang sempat menerpa Prodi PBI pada kurun waktu tersebut, seperti kandasnya Uji Referensi yang telah berjalan 2 tahun dan tidak adanya regenerasi pertukaran pelajar ke luar negeri, kiranya menjadi catatan pinggir yang menarik untuk direfleksikan lebih jauh.
Akhirnya, perkenankan kami mengakhiri refleksi ini sekarang. Jika Soren Kierkegaard, filsuf Denmark (1813-1855), terkenal karena ucapannya “Doa tidak mengubah Tuhan, melainkan mengubah orang yang berdoa”, maka bisa saja refleksi ini tidak akan pernah mengubah apa-apa kecuali penulisnya.
Metro, 26 Agustus 2014
Kaprodi PBI Periode 2010-2014
Dedi Irwansyah